IHSG Melemah, BBCA Jadi Penahan Indeks; Proyeksi Rebound Imbas Kebijakan Tarif AS

3 Min Read

Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada Rabu (9/4/2025), meskipun koreksi yang terjadi tidak sedalam hari sebelumnya. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi penopang utama yang menahan kejatuhan indeks.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 0,47% dan berakhir di level 5.967. Di sisi lain, saham BBCA justru menguat 1,93% ke harga Rp7.925 per saham, mencatat nilai transaksi sebesar Rp1,51 triliun—terbesar kedua setelah Bank Mandiri. Dari sisi frekuensi perdagangan, BBCA berada di posisi ketiga dengan 45.390 transaksi, sekaligus menjadi saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, yaitu Rp967 triliun.

Menurut data Bloomberg, BBCA menyumbang 10,30 poin atau setara 36,60% dari pergerakan indeks pada hari itu, menjadikannya top leader dalam menahan tekanan koreksi IHSG.

Investor Asing Lakukan Aksi Jual-Beli Saham BBCA

Aksi jual beli oleh investor institusional besar turut mewarnai perdagangan BBCA. JPMorgan Chase & Co tercatat menambah 33,65 juta saham BBCA, sehingga total kepemilikannya menjadi 1,44 miliar saham dengan harga rata-rata Rp4.350,23 per lembar.

Investor lain, Empirical Finance LLC, juga menambah kepemilikannya sebesar 209.762 saham, menjadikan portofolionya menjadi 29,26 juta saham dengan harga rata-rata Rp7.786,79.

Di sisi lain, sejumlah investor juga melakukan aksi jual. Manulife Financial Corp melepas 4,93 juta saham, sehingga kepemilikannya turun menjadi 100,30 juta lembar. Nomura Holdings Inc menjual 16,49 juta saham, menyisakan 16,37 juta dengan harga rata-rata Rp6.871,95. Deutsche Bank AG turut mengurangi 828.207 saham, membawa total kepemilikannya menjadi 84,03 juta lembar dengan rata-rata harga beli Rp5.832,10.

Sentimen Global: Penundaan Tarif AS Angkat Bursa

IHSG hari ini diperkirakan akan rebound menyusul lonjakan indeks saham di Wall Street. Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap kebijakan tarif timbal balik (reciprocal tariff), memberikan sinyal positif bagi pelaku pasar global. Meski demikian, tarif impor terhadap produk asal China tetap dinaikkan menjadi 125% sebagai respons atas sikap pemerintah Beijing.

Pengumuman tersebut mendorong indeks Dow Jones naik 7,87%, S&P 500 melonjak 9,52%, dan Nasdaq terbang 12,16%.

Ezaridho Ibnutama, Head of Research NH Korindo Sekuritas, memperkirakan IHSG akan bergerak naik ke kisaran 6.300–6.500 sebagai respons terhadap keputusan Trump. Penundaan kebijakan tarif dinilai menjadi sentimen positif yang juga dapat mendukung penguatan rupiah ke kisaran Rp16.400–Rp16.600 per dolar AS.

Namun demikian, Tim Analis MNC Sekuritas memberikan catatan teknikal bahwa meski IHSG berpotensi menguat, pergerakannya akan terbatas di area 6.122–6.196, dengan kemungkinan koreksi lanjutan menuju rentang 5.633–5.770 sebagai bagian dari siklus wave (iii) dari wave [v].

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article