Trump Tak Tunda Tarif untuk China, Justru Naik Jadi 125%

2 Min Read

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memuncak, seiring perang tarif yang kian memanas di tengah hubungan dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Pada Rabu (9/4/2025), Presiden AS Donald Trump resmi menaikkan tarif impor atas barang-barang dari China menjadi 125 persen, hanya berselang beberapa jam setelah China lebih dulu menaikkan bea masuk terhadap produk AS hingga 84 persen.

Trump menyebut bahwa tindakan keras terhadap China ini dilatarbelakangi oleh kurangnya rasa hormat dari Beijing terhadap prinsip perdagangan global. Lewat pernyataan di media sosialnya, Trump juga menegaskan bahwa kebijakan tarif tinggi ini tidak berlaku bagi negara lain selain China, yang justru mendapatkan penangguhan selama 90 hari.

Perang tarif ini dinilai berisiko memicu lonjakan harga bagi konsumen di AS dan sekaligus menghambat pemulihan ekonomi China yang tengah melemah. Banyak analis menilai respons cepat dari pihak China menunjukkan keteguhan Beijing untuk tidak menyerah pada tekanan ekonomi dari Washington.

“Jika Amerika Serikat tetap bersikeras memperketat pembatasan ekonomi dan perdagangan, China memiliki tekad yang kuat serta sumber daya yang cukup untuk mengambil langkah-langkah balasan yang diperlukan, dan siap menghadapi hingga akhir,” demikian pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China yang dikutip dari Associated Press, Kamis (10/4/2025).

Dalam konteks neraca perdagangan, AS mencatatkan defisit yang sangat besar terhadap China. Sepanjang 2024, total ekspor AS ke China mencapai sekitar US$199 miliar, sedangkan nilai impor dari China melonjak hingga US$463 miliar.

Produk ekspor utama AS ke China mencakup kedelai, pesawat terbang, produk farmasi, dan semikonduktor. Sementara itu, AS banyak mengimpor ponsel, komputer, mainan, serta pakaian dari China—menunjukkan kuatnya peran China sebagai pusat manufaktur global dan pemasok utama kebutuhan konsumen Amerika hingga tahun 2022.

Share This Article