Perusahaan perbankan investasi asal Amerika Serikat, JP Morgan, telah mengubah pandangannya terhadap saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) dari netral menjadi lebih positif. Pada penutupan perdagangan Kamis (10/4/2025), saham INTP mengalami kenaikan sebesar 3,4% dan bertengger di angka Rp5.025 per lembar. Dalam periode satu bulan terakhir, saham ini mencatatkan kenaikan sebesar 6,24%, meski secara kinerja tahunan (year to date) masih melemah 32,09%.
JP Morgan kini memberikan peringkat overweight untuk INTP, berkat efisiensi biaya yang berhasil dicapai pada kuartal IV/2024. Langkah ini dinilai sebagai hasil positif dari akuisisi PT Semen Grobogan pada kuartal IV/2023. Meski demikian, target harga saham INTP justru direvisi turun dari sebelumnya Rp7.350 menjadi Rp6.100 per lembar.
Analis JP Morgan, Arnanto Januri dan Henry Wibowo, dalam riset terbarunya menyebutkan bahwa pabrik Grobogan masih memiliki potensi besar untuk efisiensi lebih lanjut, terutama dalam penggunaan energi alternatif. Mereka menyatakan bahwa saat ini pabrik tersebut belum mampu menyamai tingkat pemanfaatan energi alternatif yang telah dicapai oleh fasilitas lain.
Sebagai gambaran, pada tahun 2024, sekitar 21% kebutuhan energi INTP dipenuhi dari bahan bakar alternatif, sedangkan di pabrik Grobogan hanya sekitar 18%. Penggunaan bahan bakar alternatif diketahui dapat memangkas biaya energi secara signifikan, bahkan hanya sepertiga dari biaya batu bara.
“Dengan potensi tersebut, kami memperkirakan akan ada penurunan biaya energi sekitar 1,5% per ton tahun ini. Energi sendiri menyumbang 40% terhadap total biaya pokok penjualan (HPP),” tulis kedua analis tersebut.
Meskipun JP Morgan tidak memproyeksikan kenaikan signifikan pada laba bersih INTP tahun ini, mereka meyakini efisiensi biaya dapat mendorong pertumbuhan laba operasional hingga 9%. Selain itu, Return on Invested Capital (ROIC) INTP diperkirakan mencapai 5%, jauh di bawah estimasi biaya modal sebesar 13%, sehingga menunjukkan adanya valuasi yang cukup terdiskon. Saham INTP saat ini juga diperdagangkan pada diskon sekitar 80% terhadap biaya pengganti aset (replacement cost), yang dianggap terlalu pesimistis oleh pasar.
JP Morgan juga menilai bahwa ekspektasi pasar terhadap rasio pembayaran dividen yang hanya 30% terlalu konservatif. Mereka melihat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Mei mendatang berpotensi menjadi pemicu bagi peninjauan ulang valuasi saham secara jangka pendek.
Di sisi lain, biaya bahan baku juga menunjukkan tren penurunan. Pada kuartal IV/2024, biaya bahan baku per ton menyusut hingga 9% secara tahunan (YoY). Ini dipengaruhi oleh penurunan rasio klinker dalam produksi semen, yang kini berada di bawah 70%, berkat peningkatan penggunaan bahan substitusi. Pemerintah Indonesia sendiri baru-baru ini menetapkan standar nasional baru untuk klinker pada produk Semen Komposit Portland (PCC) sebesar 55%, lebih rendah dari proporsi klinker INTP saat ini yang berkisar 56–58%, memberikan potensi efisiensi lebih lanjut.
“Secara keseluruhan, kami memproyeksikan biaya pokok penjualan (COGS) per ton akan turun 1% YoY, meski laba bersih tahun 2025 diperkirakan masih stagnan,” pungkas JP Morgan.