Harga batu bara kembali mengalami tekanan pada Jumat (11/4/2025), dipicu oleh peningkatan produksi dari Amerika Serikat (AS).
Mengacu pada pasar Newcastle, harga kontrak April 2025 turun sebesar US$1,4 ke level US$94,85 per ton. Untuk kontrak Mei 2025, harga terkoreksi US$0,6 menjadi US$99 per ton, sementara kontrak Juni 2025 melemah US$0,65 ke posisi US$102,25 per ton.
Sementara itu, harga batu bara di pasar Rotterdam menunjukkan pergerakan beragam. Kontrak April 2025 naik tipis US$0,15 menjadi US$102,25. Sebaliknya, kontrak Mei 2025 turun US$0,15 ke level US$100,55, dan kontrak Juni naik US$0,1 menjadi US$100,4 per ton.
Analis R&D ICDX, Girta Yoga, menjelaskan bahwa pergerakan harga saat ini berada dalam tren bearish. Faktor utama yang membebani pasar adalah keputusan pemerintah AS di bawah Donald Trump yang kembali mendorong ekspansi tambang dan penggunaan batu bara melalui perintah eksekutif.
“Harga saat ini tertahan di resistance US$96,5 per ton dan support di US$96 per ton,” kata Yoga kepada Investor Daily.
Meskipun demikian, menurut Yoga, dampaknya terhadap ekspor batu bara Indonesia ke AS diperkirakan minim. Pasalnya, Indonesia hanya menyumbang sekitar 0,09% dari total impor batu bara kokas AS pada tahun 2024.
Namun, potensi pelemahan permintaan juga terlihat dari pasar Asia. China, misalnya, berencana menaikkan produksi batu bara domestik sebesar 1,5% tahun ini, setelah mencatatkan rekor produksi sepanjang 2024. Kondisi serupa juga diperkirakan terjadi di India.
“India menargetkan peningkatan produksi batu bara sebesar 140 juta ton pada 2030 dan berkomitmen mengurangi ketergantungan terhadap impor,” ujarnya.
Secara mingguan, harga batu bara tercatat turun 1,28%. Sementara secara year-to-date (ytd), harga telah terkoreksi cukup dalam, yakni sebesar 22,75%.