Perusahaan teknologi yang terafiliasi dengan Hashim Djojohadikusumo, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), tengah menunjukkan langkah nyata dalam upaya menghadirkan layanan internet murah di Indonesia. Surge, yang berada di bawah naungan WIFI, baru saja meluncurkan dua langkah strategis: menjalin kemitraan dengan perusahaan Jepang NTT East dan melaksanakan rights issue untuk memperkuat modal.
Pada penutupan bursa Jumat (11/4), saham WIFI ditutup di harga Rp2.250 per lembar, melonjak 13,64%. Sejak awal tahun, harga sahamnya telah meroket hingga 448,78%, mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek bisnis perusahaan.
Surge memiliki visi besar untuk menciptakan layanan internet terjangkau dengan kecepatan hingga 200 Mbps hanya seharga Rp100.000, jauh lebih murah dibandingkan tarif pasar yang berkisar Rp300.000. Direktur Utama WIFI, Yune Marketatmo, menyampaikan bahwa saat ini mereka telah menggaet 200.000 pelanggan, dan menargetkan 5 juta pelanggan hingga akhir 2025.
Untuk mendukung ekspansi tersebut, WIFI mendapatkan fasilitas kredit investasi senilai Rp978 miliar dari BNI, yang akan digunakan untuk membangun 700.000 homepass—yakni titik yang memungkinkan sambungan internet ke rumah-rumah di wilayah layanan. Melihat potensi pasar yang masih sangat luas, dengan penetrasi internet baru mencapai 15% dari total 220 juta pengguna di Indonesia, WIFI optimistis mampu menggarap sisa pasar yang belum tergarap.
Yune menegaskan, pendekatan mereka fokus pada segmen menengah ke bawah yang selama ini belum tersentuh secara maksimal oleh pelaku industri. “Di situlah mesin pertumbuhan kami berada,” ungkapnya. Dalam lima tahun ke depan, WIFI menargetkan dapat menjangkau 40 juta pengguna di seluruh Indonesia.
NTT East Masuk sebagai Mitra Strategis dan Suntikan Modal Raksasa
Dalam langkah transformasional, WIFI resmi menggandeng Nippon Telegraph and Telephone East Corporation (NTT East), bagian dari raksasa telekomunikasi Jepang NTT Group. NTT East akan berinvestasi sebesar 49% atau sekitar Rp4 triliun dalam PT Integrasi Jaringan Ekosistem (WEAVE), anak perusahaan WIFI, melalui kepemilikan saham dan komponen non-tunai.
Kolaborasi ini bertujuan mempercepat pembangunan infrastruktur broadband yang andal, inklusif, dan murah di Indonesia. Dengan pengalaman NTT East dalam mengembangkan jaringan serat optik skala besar, kemitraan ini diharapkan menjadi dorongan kuat bagi misi WIFI menciptakan “Internet Rakyat”.
Naoki Shibutani, President & CEO NTT East, menyebut bahwa investasi ini bukan hanya terkait infrastruktur, melainkan juga bentuk pemberdayaan digital masyarakat Indonesia. Sementara itu, Arwin Rasyid, Wakil Ketua PT Jaringan Infra Andalan (JIA), menilai kemitraan ini sebagai langkah monumental bagi Surge dan masa depan digital Indonesia.
Yune Marketatmo menambahkan, dengan sinergi antara kekuatan infrastruktur lokal Surge dan keahlian operasional global NTT East, WIFI menargetkan menjangkau lebih dari 40 juta rumah di Indonesia. Selanjutnya, mereka juga berencana membangun infrastruktur edge computing berbasis AI untuk mendukung akselerasi transformasi digital, khususnya di sektor UMKM.
Rights Issue Rp5,89 Triliun untuk Perluasan Jaringan FTTH
WIFI juga mengumumkan rencana rights issue atau penambahan modal melalui penerbitan saham baru hingga Rp5,89 triliun. Perusahaan akan menerbitkan hingga 2,94 miliar saham baru dengan nominal Rp100 per lembar, mewakili maksimal 55,56% dari total saham setelah pelaksanaan rights issue.
Pemegang saham yang tercatat hingga 13 Juni 2025 akan mendapatkan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dengan rasio 4:5 dan harga pelaksanaan Rp2.000 per saham. Sebagian besar dana, yakni Rp5,8 triliun, akan dialokasikan untuk pengembangan jaringan FTTH (fiber to the home) di Pulau Jawa, sedangkan sisanya untuk modal kerja anak usaha IJE.
Pemegang saham yang memilih tidak ikut dalam rights issue berisiko terdilusi hingga 55,56%. Berdasarkan jadwal, cum-right akan jatuh pada 11 Juni 2025 di pasar reguler dan negosiasi, sementara perdagangan dan pelaksanaan HMETD berlangsung pada 17–23 Juni 2025.
PT Investasi Sukses Bersama (ISB) telah menyatakan komitmennya untuk melaksanakan haknya atas 1,48 miliar HMETD senilai Rp2,97 triliun.
Peluang Akuisisi Jaringan Fiber Optik
Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, beredar kabar bahwa ada dua emiten yang tengah mempertimbangkan divestasi jaringan serat optik. Link Net (LINK) dilaporkan sedang menjajaki opsi penjualan jaringan fiber miliknya, seperti diberitakan DealStreetAsia pada September 2024. Sementara itu, Reuters menyebut Indosat (ISAT) juga sedang membuka peluang pelepasan saham di bisnis serat optik mereka.
Langkah-langkah ini menjadi sinyal bahwa sektor infrastruktur digital tanah air tengah memasuki babak baru, dengan potensi akuisisi dan restrukturisasi yang dapat membuka lebih banyak peluang bagi pemain seperti WIFI untuk memperluas jangkauan dan mempercepat adopsi internet rakyat.