PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) resmi menjalin kerja sama dengan perusahaan energi asal Turki, Zorlu Enerji Elektrik Üretim A.Ş, guna mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Kolaborasi ini diresmikan melalui penandatanganan Joint Study Agreement (JSA) yang berlangsung di Ankara, Turki, pada Kamis (10/4/2025).
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari upaya memperkuat strategi energi bersih yang berdaulat dan berkelanjutan bagi kedua negara. “Kami ingin membangun sistem energi bersih yang lebih berdaulat, stabil, dan berpihak pada masa depan. Panas bumi merupakan kunci untuk mencapai target tersebut karena merupakan sumber energi yang indigenous untuk kedua negara,” jelasnya dalam keterangan resmi yang dikutip pada Minggu (13/4/2025).
Kerja sama ini diharapkan mendorong percepatan transfer teknologi, memperkuat rantai pasok industri panas bumi dalam negeri, serta menarik investasi di sektor energi baru dan terbarukan (EBT), khususnya di Indonesia.
Kesepakatan antara PGEO dan Zorlu Enerji merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Cooperation yang sebelumnya dilakukan antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam Republik Turki. Nota tersebut diteken saat kunjungan kenegaraan Presiden Recep Tayyip Erdoğan ke Indonesia pada 12 Februari 2025.
Kolaborasi ini mencerminkan komitmen konkret kedua negara dalam memperkuat ketahanan energi, serta mengembangkan proyek PLTP di wilayah izin panas bumi milik Zorlu Enerji di Turki. Dalam dua tahun ke depan, PGEO menargetkan peningkatan kapasitas terpasang dari 672 MW menjadi 1 GW, dan 1,7 GW pada 2034. Saat ini, PGEO telah mengidentifikasi cadangan panas bumi sebesar 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola secara mandiri.
Zorlu Enerji sendiri merupakan pemain dominan dalam industri panas bumi di Turki. Melalui kerja sama ini, PGEO berharap dapat memperluas peluang kolaborasi strategis di sektor EBT.
“Ini merupakan aksi nyata PGE dalam mengakselerasi pemanfaatan panas bumi secara optimal, sekaligus mendorong pengembangan hilirisasi di sektor energi baru dan terbarukan Indonesia,” ujar Julfi.
Lebih lanjut, sinergi ini memungkinkan eksplorasi potensi diversifikasi bisnis hijau (beyond electricity), termasuk pemanfaatan produk sampingan panas bumi seperti hidrogen hijau, silika, dan kredit karbon.
Sebagai informasi, Indonesia memiliki potensi cadangan panas bumi sebesar 24 GW—sekitar 40% dari total potensi global—yang menjadikannya salah satu aset strategis nasional. Hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemain utama dalam mendorong transisi energi bersih secara global.