Dua Emiten Infrastruktur Digital Unjuk Gigi: TOWR dan WIFI Siap Ekspansi

6 Min Read

PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) mencuri perhatian sebagai dua pemain utama di sektor infrastruktur digital di awal tahun 2025. Meski memiliki pendekatan berbeda, keduanya berbagi tujuan yang sama: memperkuat posisi sebagai penyedia utama infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.

TOWR, perusahaan yang berada di bawah naungan Grup Djarum, telah menyelesaikan dua aksi korporasi penting melalui akuisisi yang memperkuat lini bisnis menara dan jaringan non-menara. Sementara itu, WIFI yang terafiliasi dengan tokoh bisnis Hashim Djojohadikusumo, mengambil langkah agresif dalam menghadirkan layanan internet murah sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan konektivitas digital.

Kinerja saham keduanya menunjukkan tren berbeda. Harga saham TOWR pada penutupan Senin (14/4) tercatat Rp525 per lembar, mencatat penurunan 17,97% sejak awal tahun. Sebaliknya, saham WIFI justru melesat hingga lebih dari 450% secara year to date, dengan harga mencapai Rp2.330 per lembar.

Strategi Pertumbuhan TOWR di 2024

Direktur Utama TOWR, F Aming Santoso, menyampaikan bahwa perusahaan selama tahun 2024 telah menjalankan strategi menyeluruh yang menekankan pada penguatan bisnis utama serta eksplorasi berbagai peluang pertumbuhan jangka panjang. Fokus utama adalah menjawab meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur digital, baik pada jaringan nirkabel maupun fiber optik.

Menurut Aming, lonjakan penggunaan layanan digital mendorong TOWR untuk memperluas jaringan serta meningkatkan kapasitas infrastruktur. TOWR mencatat pertumbuhan pendapatan dari sektor menara sebesar 5% YoY menjadi Rp8,53 triliun, didorong oleh peningkatan jumlah menara dan penyewa. Akuisisi PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST) juga berperan penting dalam ekspansi ini.

Pendapatan dari layanan fiber to the tower (FTT) tumbuh 17,5% YoY menjadi Rp1,40 triliun, sementara segmen fiber to the home (FTTH) mengalami lonjakan signifikan sebesar 261,5% YoY, juga mencapai Rp1,40 triliun. Pertumbuhan tersebut mencerminkan peningkatan permintaan broadband rumah tangga.

TOWR menambahkan 3.869 menara baru dan menjaring 3.839 penyewa tambahan pasca-akuisisi IBST. Meski tarif sewa rata-rata naik menjadi Rp13,1 juta per bulan, pendapatan rata-rata per menara justru menurun 14,3% menjadi Rp19,9 juta, akibat kontribusi lebih rendah dari IBST.

Dalam bisnis fiber optik, jaringan TOWR bertambah sepanjang 18.607 km sepanjang 2024, membuat total panjang jaringan menjadi 119.817 km. Pendapatan dari lini ini menyumbang 20,6% dari total pendapatan perusahaan.

Pada kuartal awal 2025, melalui anak usahanya PT Iforte Solusi Infotek, TOWR resmi mengakuisisi PT Remala Abadi Tbk. (DATA), yang menargetkan pembangunan hingga 500.000 sambungan rumah (homepass). DATA akan memanfaatkan backbone milik TOWR untuk mempercepat ekspansi jaringan internet rumah. Aming menambahkan bahwa jaringan fiber optik akan menjadi kunci pertumbuhan TOWR dalam menjawab kebutuhan data di perkotaan dan wilayah berkembang.

WIFI dan Akselerasi Digital dengan “Internet Rakyat”

Sementara itu, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), yang juga dikenal sebagai Surge, mencatat performa gemilang sepanjang 2024. Pendapatan melonjak 53% YoY menjadi Rp671,85 miliar, dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik meningkat lebih dari 200% YoY menjadi Rp231,19 miliar.

Pada 2025, WIFI memprioritaskan dua jalur ekspansi infrastruktur. Pertama, memperluas jaringan serat optik antar kota dan area transit strategis. Kedua, memperluas konektivitas last-mile ke lebih dari 400 stasiun kereta di Pulau Jawa, bekerja sama dengan ratusan ISP dan kontraktor lokal.

Langkah strategis terbaru WIFI adalah kemitraan investasi dengan NTT East dari Jepang, yang membeli 49% saham PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE/WEAVE) dengan nilai Rp4 triliun. Kolaborasi ini akan mendukung IJE dalam hal transfer teknologi, sistem kualitas, dan standar infrastruktur dari NTT East, memperkuat operasional jaringan FTTH berskala besar.

CEO WIFI, Yune Marketatmo, menyampaikan bahwa gabungan kekuatan jaringan Surge dan keunggulan teknologi dari NTT East ditargetkan dapat menyediakan akses broadband murah bagi lebih dari 40 juta rumah tangga di Indonesia melalui program “Internet Rakyat”.

WIFI juga merencanakan rights issue senilai maksimal Rp5,89 triliun, dengan tujuan membiayai pembangunan FTTH untuk 4 juta sambungan rumah di Pulau Jawa serta mendukung operasional IJE. Rights issue ini akan menawarkan 2,94 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.000 per saham.

Selain itu, perusahaan menyatakan minat untuk mengikuti lelang frekuensi 1,4 GHz dari Kominfo yang diarahkan untuk internet murah. Dengan dana segar yang dikumpulkan, manuver WIFI dalam memperluas akses digital dinilai akan semakin gesit.

Peluang Akuisisi Baru di Bisnis Fiber Optik

Menariknya, kabar pasar menyebutkan bahwa ada dua perusahaan besar yang mempertimbangkan untuk melepas aset fiber optik mereka. Link Net (LINK) dikabarkan berencana menjual jaringan fiber-nya, sementara Indosat (ISAT) tengah mengevaluasi potensi divestasi sebagian atau seluruh saham di unit bisnis serupa.

Hal ini membuka potensi konsolidasi baru di industri infrastruktur digital yang akan menentukan peta persaingan ke depan—khususnya bagi pemain seperti TOWR dan WIFI yang agresif membangun jaringan dan kapasitas untuk menghadapi era digitalisasi nasional.

Share This Article