Emiten-emiten ritel di bawah naungan MAP Group mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan sepanjang tahun 2024. Meskipun pendapatan naik, lonjakan beban pokok penjualan menekan profitabilitas sejumlah entitas grup, bahkan menyebabkan kerugian bagi salah satunya.
PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) membukukan laba bersih sebesar Rp1,76 triliun pada 2024, turun 6,65% dibandingkan Rp1,89 triliun di 2023. Penurunan ini disebabkan oleh naiknya beban pokok penjualan sebesar 19,03% secara tahunan menjadi Rp21,7 triliun. Meskipun demikian, pendapatan bersih MAPI naik 13,6% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp37,83 triliun.
Ratih D. Gianda, VP Investor Relations, Corporate Communications, dan Sustainability MAP Group, menyebut tahun 2024 sebagai masa yang penuh langkah strategis.
“Perusahaan tetap fokus pada ekspansi yang terukur, peningkatan pengalaman pelanggan lewat pemanfaatan data analytics, dan penguatan kerja sama dengan mitra merek,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (14/4).
Ia juga menambahkan bahwa efisiensi operasional dan manajemen biaya tetap menjadi prioritas utama MAPI dalam membangun fondasi pertumbuhan jangka panjang. Perusahaan juga memperkuat kehadiran digital sebagai bagian dari strategi multisaluran.
Sementara itu, anak usaha MAPI, PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA), juga mencatat penurunan laba bersih sebesar 2,48% menjadi Rp1,35 triliun, turun dari Rp1,38 triliun di 2023. Hal ini dipicu oleh lonjakan beban pokok penjualan sebesar 33% menjadi Rp9,2 triliun. Meski laba bersih tergerus, pendapatan MAPA justru tumbuh signifikan 26,74% YoY menjadi Rp17,18 triliun.
MAPA, yang dikenal dengan merek seperti Sports Station dan Domino’s Pizza, dinilai berhasil menjaga pertumbuhan pendapatan secara berkelanjutan. “Kami berkomitmen meningkatkan efisiensi operasional melalui pengelolaan biaya dan inventaris yang strategis,” ujar Ratih.
Melihat ke 2025, MAPA menargetkan untuk tetap adaptif dan membangun bisnis yang tahan banting di tengah berbagai kanal ritel yang terus berkembang.
Nasib lebih buruk dialami oleh PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), yang mengelola jaringan kedai kopi Starbucks. Emiten ini mencatatkan kerugian sebesar Rp146,15 miliar sepanjang 2024, berbanding terbalik dengan laba Rp104,65 miliar pada tahun sebelumnya.
Penurunan ini disebabkan oleh dampak boikot yang terjadi di Indonesia, yang menyebabkan penurunan penjualan hingga 19,2% YoY menjadi Rp3,23 triliun dari sebelumnya Rp3,99 triliun.
Perusahaan menyatakan akan terus memantau kondisi makroekonomi dan menyesuaikan strategi investasinya guna menghadapi tantangan yang mungkin muncul.
Di sisi lain, JP Morgan dalam riset terbarunya mengungkapkan bahwa pendapatan MAPI hanya mencapai 99% dari proyeksi, sedikit meleset dari ekspektasi. Namun, analis mencatat bahwa MAPI masih lebih unggul dibanding MAPA berkat pengendalian biaya yang lebih baik dan kinerja stabil di sektor department store.
“Meski hasilnya tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi pasar, kami percaya harga saham MAPI telah mencerminkan potensi skenario terburuk,” tulis JP Morgan. Saham MAPI telah merosot 28% dalam enam bulan terakhir dan tertinggal 13% dibanding IHSG.
JP Morgan mempertahankan rating overweight untuk saham MAPI dengan target harga Rp1.760 per saham hingga Desember 2025. Untuk MAPA, mereka juga tetap memberi rekomendasi serupa dengan target harga Rp1.250 per saham.
Meski pelemahan nilai tukar rupiah disebut menjadi salah satu hambatan pertumbuhan, JP Morgan melihat kinerja MAPA pada kuartal IV/2024 masih cukup solid. Namun, mereka mewaspadai beberapa risiko seperti penguatan dolar AS, ketidakpastian regulasi di pasar ekspor, serta melambatnya permintaan yang dapat menggerus margin.