Emas Tembus US$3.300 per Ons, Dolar Melemah & Konflik Dagang Dorong Investor Cari Safe Haven

3 Min Read

Harga emas global kembali mencetak rekor tertinggi, menembus level psikologis US$3.300 per ons, di tengah melemahnya dolar AS dan meningkatnya tensi dagang antara Amerika Serikat dan China. Sentimen ketidakpastian ini mendorong investor global untuk kembali memburu aset safe haven seperti emas.

Melansir Reuters, Kamis (17/4/2025), harga emas di pasar spot melonjak 3,1% ke level US$3.327,97 per ons, setelah sempat menyentuh rekor intraday US$3.332,89. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 3,3% ke posisi US$3.324,50 per ons.

“Emas masih mendapat dukungan dari pelemahan dolar AS, ketidakpastian seputar kebijakan tarif, dan kekhawatiran resesi global,” ujar Lukman Otunuga, Senior Research Analyst di FXTM. Ia menambahkan bahwa harga di atas US$3.300 telah menjadi level psikologis kunci, dengan proyeksi kenaikan berikutnya menuju US$3.400 hingga US$3.500 per ons.

Namun demikian, Otunuga mengingatkan bahwa reli emas berisiko terganggu oleh aksi ambil untung atau kemajuan positif dalam perundingan dagang AS-Tiongkok.

Peningkatan ketegangan dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang memerintahkan investigasi terhadap kemungkinan penerapan tarif pada seluruh impor mineral penting. Kebijakan ini dinilai sebagai eskalasi terbaru dalam konfrontasi perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia.

Ketegangan tersebut turut mengguncang pasar keuangan global, memperkuat daya tarik emas sebagai pelindung nilai (hedging asset). Di sisi lain, dolar AS terpantau melemah terhadap sejumlah mata uang utama dan berada mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir, yang membuat emas semakin menarik bagi investor non-dolar.

Emas telah menguat hampir US$700 sepanjang tahun ini, didorong oleh kombinasi faktor seperti sengketa tarif, prospek pelonggaran suku bunga, serta lonjakan pembelian dari bank sentral dunia.

“Reli harga saat ini cenderung berlebihan dan berpotensi terkoreksi. Namun, selama satu tahun terakhir, setiap koreksi cenderung dangkal karena ada permintaan kuat yang menunggu di level bawah,” ujar Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell juga menyoroti perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam. Belanja konsumen yang moderat, lonjakan impor demi menghindari tarif baru, serta melemahnya sentimen pasar disebut Powell sebagai faktor-faktor yang berpotensi menekan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS dalam waktu dekat.

Share This Article