Proses penggabungan usaha antara PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Smart Telecom akhirnya resmi diselesaikan setelah lama dinantikan. Ketiganya telah menandatangani Akta Penggabungan pada 15 April 2025, menandai berakhirnya status hukum Smartfren Telecom dan Smart Telecom sebagai entitas tersendiri.
Sebagai bagian dari transaksi ini, Axiata Group Bhd. melalui anak usahanya, Axiata Investments Sdn. Bhd., telah melepaskan sebanyak 8,69 miliar saham EXCL kepada PT Bali Media Telekomunikasi, selaku pemegang saham FREN. Transaksi yang berlangsung pada 16 April 2025 ini dilakukan dengan harga Rp 3.189 per lembar saham, totalnya mencapai sekitar Rp 7,6 triliun.
Seiring selesainya merger tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi mencabut pencatatan seluruh efek FREN mulai Kamis, 17 April. Kini, EXCL menjadi entitas yang tetap bertahan dan akan beroperasi dengan nama baru: PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk.
Kepemilikan saham XLSmart akan dikendalikan bersama oleh Axiata Group Bhd. dan Sinar Mas Group, dengan masing-masing menguasai 34,8% saham serta memiliki kendali yang setara.
Merger ini memiliki nilai total transaksi sekitar Rp 22,41 triliun, berdasarkan estimasi nilai pasar wajar dari ketiga perusahaan.
CEO XLSmart, Rajeev Sethi, menyatakan bahwa perusahaannya akan fokus pada transformasi layanan dengan pendekatan yang lebih responsif, lincah, dan cerdas. Ia menekankan bahwa XLSmart akan menjangkau seluruh masyarakat Indonesia, baik di perkotaan maupun pelosok negeri.
Meskipun telah bergabung, merek dagang seperti XL Axiata, Axis, dan Smartfren akan tetap dipertahankan. Ketiganya akan tetap hadir di pasar secara terpisah, meski berada di bawah payung perusahaan yang sama.
Efisiensi dan Sinergi
Merger ini diharapkan mampu menciptakan efisiensi biaya yang besar, dengan potensi sinergi pra-pajak mencapai US$ 300 juta hingga US$ 400 juta. Angka ini berasal dari integrasi jaringan serta optimalisasi sumber daya yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Gabungan jumlah pelanggan seluler dari ketiga perusahaan mencapai 94,51 juta dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 25%. Diproyeksikan, XLSmart akan meraih pendapatan proforma sebesar Rp 45,8 triliun dan EBITDA lebih dari Rp 22,5 triliun.
Antony Susilo, Direktur & CFO XLSmart, menjelaskan bahwa saat ini perusahaan masih dalam tahap menyusun rencana integrasi jaringan dan sistem informasi. Di sisi lain, ekspansi kapasitas dan peningkatan layanan juga terus berjalan, termasuk potensi pengembangan ke segmen enterprise dan layanan rumah.
Paulus Jimmy, Deputy Head of Research dari Sucor Sekuritas, menilai merger ini berpotensi menciptakan efisiensi dari sisi belanja modal, operasional, hingga sewa infrastruktur.
Proses integrasi ini ditargetkan selesai dalam waktu kurang dari dua tahun, mirip dengan proses konsolidasi antara Indosat dan Hutchison 3 yang terjadi pada 2022 lalu. Paulus memperkirakan bahwa biaya integrasi satu kali yang kemungkinan terjadi pada paruh pertama 2025 akan menjadi penyeimbang sebelum sinergi jangka panjang dapat dirasakan sepenuhnya.
Sebagai bagian dari efisiensi, XLSmart berencana mematikan sekitar 20% hingga 30% dari total 67.000 menara yang dinilai tumpang tindih. Perusahaan gabungan ini juga akan mengelola total spektrum frekuensi sebesar 152 MHz.
Analis dari UOB Kay Hian Sekuritas, Paula Ruth, mengamati bahwa EXCL menunjukkan ambisi besar untuk berkembang di segmen broadband tetap dan layanan seluler. Ia pun memberikan rekomendasi buy untuk saham EXCL dengan target harga di angka Rp 3.300 per saham.