Harga minyak mentah dunia kembali menguat untuk hari kedua berturut-turut. Lonjakan ini dipicu oleh tekanan baru dari Amerika Serikat terhadap ekspor energi Iran serta meningkatnya optimisme terkait negosiasi perdagangan dengan sejumlah mitra utama.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 3,5% dan ditutup mendekati US$65 per barel, mencatatkan kenaikan dua hari terbesar sejak awal Januari 2025.
Pernyataan positif Presiden AS Donald Trump terkait kemungkinan kesepakatan dagang dengan Uni Eropa dan Jepang ikut mendorong sentimen pasar. Aksi beli penutup posisi jual serta pergerakan algoritmik yang lebih optimistis jelang libur panjang juga turut memicu lonjakan harga. Perdagangan minyak berjangka akan libur pada Jumat (18/4) karena hari libur di sejumlah negara.
Di sisi lain, AS memperkuat tekanannya terhadap Iran dengan menjatuhkan sanksi pada kilang independen di China, Shandong Shengxing Chemical Co., yang dituduh mengelola minyak Iran senilai lebih dari US$1 miliar. Teheran memperingatkan bahwa pembicaraan nuklir bisa gagal jika AS terus mengubah aturan main.
Analis energi dari CIBC Private Wealth Group, Rebecca Babin, mengatakan bahwa ketegangan geopolitik ini bisa menjadi faktor penentu arah pasar. Selain itu, data terbaru menunjukkan stok minyak di Cushing, Oklahoma—titik utama pengiriman WTI—berada di level terendah sejak 2008, memperkuat tren kenaikan harga.