Pasar kripto mengalami pelemahan dalam 24 jam terakhir, dengan harga Bitcoin yang sedikit merosot. Meskipun demikian, para analis memprediksi bahwa Bitcoin siap mengakhiri fase koreksi harga, didorong oleh beberapa sentimen positif. Namun, tekanan dari faktor makroekonomi global masih menjadi tantangan besar yang belum sepenuhnya mereda.
Menurut data dari Coinmarketcap pada Sabtu (19/4/2025) pukul 09.30 WIB, kapitalisasi pasar kripto global turun 0,16% menjadi US$ 2,67 triliun dalam 24 jam terakhir. Bitcoin (BTC), sebagai kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, tercatat terkoreksi 0,24%, dengan harga saat ini berada di level US$ 84.724 per koin, setara dengan Rp 1,41 miliar (kurs Rp 16.803).
Sementara itu, beberapa altcoin menunjukkan kinerja positif. Ethereum (ETH) naik 0,75% menjadi US$ 1.594 per koin, sementara Binance Coin (BNB) juga naik 0,6% menjadi US$ 592 per koin.
Berdasarkan analisis yang dirilis oleh TradingView, Bitcoin diperkirakan mulai mendekati akhir fase koreksi harga dalam siklus pasar saat ini. CryptoQuant, dalam analisisnya, menyebutkan bahwa ada peluang besar untuk pemulihan tren positif Bitcoin pada tahun 2025, meskipun faktor makroekonomi global yang belum stabil bisa menjadi hambatan.
Koreksi Harga dan Potensi Pemulihan
Dalam unggahan terbaru di platform CryptoQuant, analis yang dikenal dengan nama Crypto Dan mengungkapkan bahwa Bitcoin kini berada dalam fase koreksi harga yang mirip dengan pola yang terjadi pada tahun 2024. Ia menyoroti bahwa jumlah BTC yang dimiliki dalam rentang waktu kurang dari satu minggu hingga satu bulan bisa menjadi indikator dari tingkat kepanasan pasar kripto.
“Pasar yang sangat spekulatif seperti kripto cenderung mengalami koreksi harga yang tajam. Sebaliknya, pasar dengan spekulasi rendah, seperti emas, biasanya mengalami koreksi yang lebih ringan,” jelasnya.
Crypto Dan menunjukkan grafik yang menggambarkan tiga fase utama dalam siklus pasar kripto: reli pasar (ditandai dengan panah merah), peningkatan rasio BTC jangka pendek (pola hijau), dan koreksi harga (panah kuning). Grafik tersebut menunjukkan bahwa kedua fase pertama sebelumnya mengalami lonjakan tajam pada kepemilikan BTC jangka pendek, mengindikasikan kondisi pasar yang overheated. Namun kini, rasio tersebut telah turun ke titik terendah dalam siklus pasar, yang ditandai dengan area kotak kuning pada grafik.
“Jika pola ini kembali terulang, kita mungkin sedang mendekati dasar koreksi. Artinya, fase overheat sudah berakhir. Meskipun mungkin butuh sedikit waktu lagi, seiring perkembangan isu makroekonomi, tahun 2025 diprediksi akan membawa pergerakan positif untuk Bitcoin,” ujar Crypto Dan.
Golden Cross Menambah Optimisme
Optimisme juga didorong oleh analisis dari Titan of Crypto yang mencatat bahwa Bitcoin baru-baru ini membentuk pola golden cross di grafik harian. Pola ini dianggap sebagai sinyal bullish yang menunjukkan potensi pembalikan tren ke arah positif. Golden cross terjadi ketika rata-rata pergerakan 50 hari Bitcoin menembus ke atas rata-rata pergerakan 200 harinya, yang bagi banyak trader dianggap sebagai sinyal beli untuk momentum kenaikan jangka panjang.
Sentimen Pasar dan Potensi Risiko
Namun, tidak semua analis begitu optimis. Salah satu kontributor CryptoQuant, abramchart, mengamati bahwa indeks sentimen pasar futures Bitcoin terus menurun sejak Februari. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar derivatif kini lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Di sisi lain, laporan terbaru mengungkapkan bahwa pemerintah Tiongkok kemungkinan akan menjual sebagian besar BTC yang telah disita. Aksi ini berpotensi meningkatkan tekanan jual di pasar dan dapat menahan laju kenaikan harga Bitcoin dalam jangka pendek.