Bitcoin Anjlok di Bawah $79.000, Pasar Kripto dan Futures Saham Tertekan

2 Min Read

Harga Bitcoin (BTC) turun menembus level $79.000 pada akhir pekan ini, seiring kejatuhan pasar kripto secara luas dan penurunan lanjutan indeks futures saham AS hingga 5%.

Istilah “decoupling” dan “safe haven” sempat mencuat pada akhir pekan lalu saat Bitcoin bertahan relatif stabil di tengah aksi jual besar-besaran di pasar saham, menyusul kebijakan tarif luas yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang. Namun, optimisme itu tampaknya terlalu dini.

Dengan pasar saham tutup pada akhir pekan, investor yang cemas beralih ke pasar kripto yang buka 24/7 untuk memasang posisi bearish. Minggu sore waktu setempat, harga Bitcoin turun sekitar 5% dalam 24 jam terakhir, diperdagangkan sedikit di atas $79.000. Ketika perdagangan indeks futures dibuka pada malam harinya, Nasdaq 100 langsung turun 5%, sementara S&P 500 melemah 4,5%. Tak lama kemudian, harga BTC ikut turun hingga menyentuh $78.400.

Kripto utama lainnya mengalami penurunan yang lebih tajam. Ether (ETH) anjlok 11% menjadi $1.590, sementara Solana (SOL) melemah 10% ke level $107.

Di platform X, istilah “Black Monday” menjadi trending—mengacu pada 19 Oktober 1987 ketika Dow Jones Industrial Average kehilangan hampir seperempat nilainya hanya dalam satu sesi perdagangan. Saat itu, pemicunya adalah ancaman perang mata uang yang dilontarkan Menteri Keuangan AS James Baker.

Investor kawakan dan pendiri hedge fund, Bill Ackman, yang sebelumnya menunjukkan dukungan terhadap Trump, turut menyampaikan peringatan keras. “Jika kita memulai ‘perang nuklir ekonomi’ terhadap seluruh dunia, maka investasi bisnis akan berhenti total, konsumen akan menghentikan pengeluaran, dan reputasi global AS akan rusak selama bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun,” tulis Ackman di X.

Ia juga menyerukan agar Presiden Trump menggunakan hari Senin sebagai momen “time out” untuk menata ulang sistem tarif yang tidak adil. “Jika tidak, kita sedang menuju musim dingin ekonomi yang diciptakan sendiri, dan kita harus mulai bersiap-siap,” lanjutnya.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 14 basis poin dari penutupan Jumat menjadi 3,85%, mencerminkan lonjakan permintaan atas aset aman di tengah ketidakpastian pasar.

Share This Article