China telah memberlakukan pembatasan ekspor tujuh jenis mineral langka dan menaikkan tarif impor terhadap Amerika Serikat (AS) mulai 4 April. Langkah ini diambil sebagai respons atas kebijakan tarif 34% yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Kebijakan China ini diperkirakan akan mempersulit pasokan bahan baku penting bagi sektor industri AS, termasuk pertahanan, elektronik, dan kendaraan listrik. Saat ini, China menguasai sekitar 90% produksi mineral langka global, seperti samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan itrium.
Selain mineral langka, China juga membatasi ekspor magnet permanen dan produk-produk strategis lainnya yang sulit dicari penggantinya.
“Mereka memilih elemen-elemen yang sangat vital bagi perekonomian AS,” ujar Mel Sanderson, Direktur American Rare Earths, seperti dikutip Reuters.
Meskipun pembatasan belum sepenuhnya diberlakukan, China telah mulai membatasi ekspor melalui pengaturan perizinan. Kebijakan ini diperkirakan akan berdampak pada sejumlah perusahaan besar AS, termasuk Tesla, Apple, dan Lockheed Martin.
Di sisi lain, AS diprediksi akan berupaya mencari alternatif rantai pasokan untuk memenuhi kebutuhan mineral langka. Namun, menurut para pelaku industri, membangun rantai pasokan baru membutuhkan waktu dan investasi yang signifikan.
“AS perlu mengamankan pasokan mineral langka dari hulu ke hilir untuk melindungi kepentingan industri dan keamanan nasional,“ ungkap MP Materials, satu-satunya perusahaan pemilik tambang mineral langka di AS.
Selain pembatasan ekspor, China juga akan menerapkan tarif tambahan sebesar 34% pada produk impor dari AS, yang akan berlaku mulai 10 April 2025. Kebijakan ini semakin memperketat ketegangan perdagangan antara kedua negara.