Efek Trump dan Iran: Harga Minyak Naik Dua Hari Tanpa Henti

3 Min Read

Harga minyak mentah mencatat kenaikan untuk hari kedua berturut-turut, didorong oleh meningkatnya tekanan dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap ekspor energi Iran. Sementara itu, pembicaraan dagang antara AS dan mitra-mitra utamanya turut memicu harapan akan tercapainya kesepakatan yang positif. Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar 3,5%, ditutup mendekati level US$65 per barel—kenaikan dua hari tertinggi sejak awal Januari 2025.

Lonjakan harga ini turut dipicu oleh pernyataan optimistis Trump mengenai peluang tercapainya kesepakatan dagang dengan Uni Eropa. Selain itu, dialog antara Washington dan Tokyo menumbuhkan ekspektasi bahwa kesepakatan perdagangan dapat dicapai, sehingga dampak tarif dapat dihindari. Aksi beli untuk menutup posisi pendek serta aktivitas algoritmik yang lebih agresif juga ikut mendorong harga naik, terutama menjelang libur panjang akhir pekan. Pasar minyak akan tutup pada Jumat, 18 April 2025, karena hari libur nasional di sejumlah negara, yang diperkirakan akan membuat volume perdagangan menurun.

Di Timur Tengah, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa negaranya akan terus mengintensifkan tekanan terhadap rantai pasok minyak Iran. Ini termasuk pemberlakuan sanksi terhadap kilang kedua di Tiongkok yang dituding mengelola minyak mentah asal Iran. Shandong Shengxing Chemical Co., kilang independen yang terkena sanksi tersebut, disebut telah memproses minyak Iran senilai lebih dari US$1 miliar menurut data Departemen Keuangan AS. Di sisi lain, pemerintah Iran memperingatkan bahwa proses negosiasi nuklir bisa mengalami kegagalan apabila AS terus mengubah aturan permainan.

“Situasi makroekonomi saat ini cukup kompleks. Ketegangan geopolitik seperti ini bisa menjadi pendorong reli harga minyak, namun juga bisa menjadi penghambat, tergantung bagaimana situasinya berkembang,” ujar Rebecca Babin, analis senior energi di CIBC Private Wealth Group. Selama bulan ini, tekanan dari kebijakan dagang AS sempat menyebabkan penurunan harga minyak, yang bahkan sempat berada sekitar 30% di bawah puncaknya tahun ini. Namun, pemulihan harga minggu ini turut diperkuat oleh laporan pemerintah yang menunjukkan bahwa stok minyak di Cushing, Oklahoma—pusat pengiriman WTI—berada di level terendah untuk periode ini sejak 2008. Hal tersebut juga mendukung penguatan harga kontrak jangka pendek, dengan selisih prompt WTI menyentuh posisi terkuat sejak Februari pada Rabu, 16 April 2025.

Share This Article