Harga minyak dunia bergerak datar pada awal pekan ini seiring meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta sinyal positif dari upaya diplomasi AS dengan Iran. Pelaku pasar tampak masih bersikap wait and see terhadap sejumlah perkembangan global yang berpotensi mengubah arah harga komoditas energi.
Mengutip Bloomberg, Senin (14/4/2025), harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Juni terkoreksi tipis 0,3% ke level US$64,56 per barel di pasar Asia. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei juga melemah 0,3% menjadi US$61,32 per barel.
Sinyal Reda Perang Dagang AS-China
AS mengumumkan kebijakan baru yang mengecualikan tarif untuk ponsel, komputer, dan sejumlah perangkat elektronik lainnya. Ini menjadi langkah pertama yang menunjukkan sinyal pelonggaran dalam konflik dagang AS-China yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Namun, Presiden Donald Trump dengan cepat menegaskan bahwa kebijakan tersebut bersifat administratif semata. Ia tetap pada komitmennya untuk menerapkan tarif terhadap sektor teknologi jika diperlukan. Sebelumnya, tensi dagang ini sempat menekan permintaan minyak global, dengan harga kontrak berjangka anjlok ke titik terendah sejak 2021.
Diplomasi AS-Iran Bangkitkan Harapan Pasokan Stabil
Di sisi lain, pasar mencermati perkembangan diplomasi antara AS dan Iran yang kembali mencair. Pertemuan tingkat tinggi di Oman pada Sabtu lalu menjadi yang pertama sejak 2022 dan membuka peluang dialog lanjutan dalam pekan ini. Harapan pun muncul bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah bisa mereda, yang pada akhirnya dapat menstabilkan pasokan minyak mentah, khususnya bagi negara pembeli besar seperti China.
OPEC+ dan Proyeksi Harga Minyak Era Trump
Meski diplomasi membaik, tekanan terhadap harga minyak tetap ada seiring keputusan OPEC+ yang secara mengejutkan mempercepat peningkatan pasokan global. Hal ini membuat pasar khawatir akan potensi kelebihan pasokan di tengah permintaan yang belum sepenuhnya pulih.
Sementara itu, Menteri Energi AS Chris Wright menyatakan optimisme bahwa harga minyak selama pemerintahan Presiden Trump ke depan akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan era pemerintahan sebelumnya.
“Di bawah kepemimpinan Presiden Trump dalam empat tahun mendatang, kita hampir pasti akan melihat harga energi rata-rata yang lebih rendah dibandingkan empat tahun sebelumnya,” ujarnya dalam sesi pengarahan di Riyadh, dikutip dari Bloomberg.
Namun, Wright menolak memberikan target harga spesifik. Ia menekankan bahwa pengurangan hambatan investasi dan pembangunan infrastruktur akan menjadi kunci untuk menekan biaya pasokan energi secara struktural.
Sebagai catatan, harga rata-rata minyak mentah global pada periode 2017–2021 tercatat di kisaran US$83 per barel, berdasarkan data Bloomberg.