PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), pemimpin pasar mie instan di Indonesia, terus memperkuat dominasinya baik di dalam maupun luar negeri meski dihadapkan pada tantangan pelemahan nilai tukar rupiah.
Melemahnya rupiah yang mendekati Rp17.000 per dolar AS berpotensi membebani utang berbasis dolar perusahaan. Namun, perusahaan yang berada di bawah naungan konglomerat Anthony Salim ini tetap optimis dengan prospek bisnisnya, meski tekanan daya beli domestik dan fluktuasi mata uang asing dapat memengaruhi kinerja keuangannya.
Analis Sinarmas Sekuritas, Vita Lestari, memperkirakan bahwa pergerakan nilai tukar mata uang asing sebesar 10% dapat berdampak signifikan pada laba sebelum pajak ICBP, dengan potensi pengaruh mencapai Rp2,7 triliun pada akhir 2024.
“Ketidakpastian ekonomi dan risiko depresiasi rupiah yang berlanjut sejak tahun lalu dapat mengurangi laba bersih ICBP di tahun 2025,” ujarnya dalam laporan riset 11 April 2025.
Proyeksi laba bersih untuk 2025 pun direvisi turun 23% menjadi Rp8,29 triliun dari perkiraan sebelumnya Rp10,79 triliun. Namun, di tahun 2026, laba diperkirakan kembali meningkat menjadi Rp9,54 triliun.
Strategi Pertumbuhan dan Ekspansi
Meski demikian, ICBP diprediksi mampu mempertahankan pertumbuhan laba inti dalam kisaran dua digit pada tahun fiskal 2025. Sinarmas Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan penjualan sebesar 7%-9% (year-on-year/YoY), didorong oleh kenaikan harga produk mie instan di kuartal I/2025—yang pertama kali dilakukan dalam 2,5 tahun terakhir. Ekspansi bisnis juga terus dilakukan, termasuk pembangunan pabrik baru pada paruh kedua 2025.
“ICBP berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkan tren konsumsi produk terjangkau di tengah melemahnya daya beli, didukung oleh penetrasi pasar yang kuat di Afrika dan Timur Tengah melalui merek Pinehill,” tambah Vita.
Sinarmas Sekuritas bahkan meningkatkan rekomendasi saham ICBP dari “add” menjadi “buy” dengan target harga Rp11.750 per lembar.
Kinerja Penjualan dan Diversifikasi Produk
Sepanjang 2024, penjualan mie instan Indofood tetap menjadi tulang punggung utama perusahaan, dengan pertumbuhan volume mencapai 8% (YoY). Pasar domestik dan ekspor masing-masing tumbuh 6% dan 10%.
Berdasarkan laporan keuangan, ICBP mencatatkan penjualan bersih Rp72,59 triliun pada 2024, naik 6,9% dari tahun sebelumnya. Kontribusi terbesar berasal dari mie instan (Rp53,87 triliun), diikuti oleh produk dairy (Rp9,66 triliun), makanan ringan (Rp4,53 triliun), penyedap makanan (Rp4,3 triliun), nutrisi khusus (Rp1,35 triliun), dan minuman (Rp1,67 triliun).
Meski penjualan meningkat, ICBP mencatat kerugian bersih Rp1 triliun di kuartal IV/2024, turun signifikan dibandingkan laba Rp4,6 triliun di kuartal sebelumnya.
Dominasi Pasar dan Inovasi
Maybank Sekuritas Indonesia menilai kekuatan ICBP terletak pada dominasi 75% pangsa pasar mie instan domestik. “Portofolio produk yang seimbang antara kebutuhan pokok dan diskresioner mendorong pertumbuhan volume, meski margin lebih tertekan,” demikian kutipan riset 7 April 2025.
ICBP juga terus berinovasi dengan meluncurkan lebih dari 40 produk baru dan memperluas kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru.
Sentimen Pasar dan Kepercayaan Investor
Di tengah tekanan pasar global, saham ICBP terkoreksi 12,75% sepanjang 2024. Namun, perusahaan tetap menjadi pilihan investor institusi. Vanguard Group Inc. menambah kepemilikan saham menjadi 95,46 juta lembar, sementara BlackRock Inc. meningkatkan kepemilikannya menjadi 69,18 juta saham pada kuartal I/2025.
Dengan strategi ekspansi dan ketahanan bisnisnya, ICBP diharapkan mampu menjaga pertumbuhan meski dihadapkan pada tantangan makroekonomi.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.