Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global saat ini, permintaan gas alam cair (LNG) diperkirakan akan mengalami pelambatan. Laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA) dalam Gas Market Report untuk kuartal II/2025 menyebutkan bahwa pasar LNG saat ini sedang berada di bawah tekanan, dengan harga gas di pasar utama mengalami lonjakan.
Gejolak geopolitik juga terus menambah volatilitas harga gas di seluruh dunia. Di sisi lain, pertumbuhan produksi LNG global yang lebih lambat dari ekspektasi serta penurunan ekspor gas pipa Rusia ke Uni Eropa semakin memperburuk ketatnya pasokan dan memperbesar kebutuhan akan penyimpanan dan cadangan gas.
IEA dalam laporannya menyatakan, “Pertumbuhan permintaan gas global diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 1,5% pada 2025. Faktor penyebabnya adalah kombinasi dari ketatnya pasar dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi makro.”
Sebelumnya, IEA memperkirakan permintaan gas global akan tumbuh sebesar 2,8% pada 2024, namun angka tersebut diprediksi menurun di bawah 2% pada 2025. Khusus di Asia, meskipun permintaan gas diperkirakan tetap meningkat lebih dari 2%, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 5,5% pada 2024.
Meskipun demikian, Asia tetap menjadi penyumbang utama permintaan gas dunia, berkontribusi sekitar sepertiga dari total tambahan permintaan pada 2025. Dalam laporan tersebut, IEA juga menyoroti bahwa neraca gas global masih rapuh akibat ketegangan geopolitik yang terus berkembang.
Oleh karena itu, dialog yang lebih intens antara produsen dan konsumen gas menjadi penting untuk memastikan pasokan yang aman. Data awal menunjukkan peningkatan konsumsi gas sebesar 1,8% year on year (YoY) selama musim pemanasan 2024-2025, meskipun angka ini sedikit lebih rendah dari 35 miliar meter kubik di pasar-pasar utama.
Pertumbuhan konsumsi gas kali ini didorong oleh Eropa dan Amerika Utara. Di Eropa, konsumsi gas meningkat hampir 10% YoY, akibat penurunan produksi listrik terbarukan yang mendorong pembakaran gas lebih tinggi di sektor energi.
Sementara itu, di Amerika Utara, musim dingin yang lebih dingin memicu lonjakan permintaan gas alam, yang mencapai puncaknya dalam sejarah, terutama untuk pemanasan gedung-gedung.
Namun, berbeda dengan Eropa dan Amerika Utara, pertumbuhan permintaan gas di Asia melambat, bahkan permintaan di China mengalami penurunan sekitar 2% YoY antara November 2024 hingga Februari 2025.
“Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh cuaca yang lebih sejuk di China utara, pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, serta tingginya harga spot LNG,” ujar IEA.
Di Eurasia, konsumsi gas alam juga menurun sekitar 3% YoY selama musim pemanasan 2024-2025, sebagian besar akibat cuaca yang tidak sesuai musim di Rusia.
Meskipun pasokan LNG global hanya tumbuh 2% (sekitar 6 bcm) per tahun, sebagian besar peningkatan tersebut disumbang oleh fasilitas LNG Plaquemines di Louisiana, yang mulai beroperasi pada akhir 2024 dan berkontribusi hampir setengah dari tambahan pasokan LNG selama musim dingin.
Pada 2025, pasokan LNG global diperkirakan akan meningkat sebesar 5%, setara dengan 27 bcm, seiring dengan dimulainya beberapa proyek besar LNG. Amerika Utara diperkirakan akan menyumbang sekitar 85% dari tambahan pasokan LNG global pada 2025, termasuk proyek LNG Plaquemines Tahap 1 dan perluasan Corpus Christi Tahap 3. Sementara itu, Afrika dan Asia juga diperkirakan akan memberikan kontribusi pada peningkatan pasokan LNG.
Namun, proyek LNG Arktik 2 milik Rusia tidak dipandang sebagai sumber pasokan LNG yang signifikan mengingat sanksi internasional yang terus berlangsung. Peningkatan pasokan LNG ini akan sebagian besar diimbangi oleh penurunan pengiriman gas pipa dari Rusia ke Eropa.
Prediksi saat ini menyatakan bahwa Rusia tidak akan mengirimkan gas melalui Ukraina untuk sisa tahun 2025, yang diperkirakan akan mengurangi pasokan gas pipa Rusia ke Uni Eropa sebesar 15 bcm dibandingkan tahun 2024.
Sebagai tambahan, tingkat cadangan gas di Uni Eropa di akhir musim pemanasan 2025 diperkirakan berada 25 bcm lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yang kemungkinan akan meningkatkan permintaan untuk mengisi kembali lokasi penyimpanan selama musim panas ini.
Faktor-faktor ini diperkirakan akan memperburuk ketatnya neraca gas global dan menyebabkan impor LNG yang lebih tinggi ke Eropa.