Pertamina Bidik Proyek Migas Strategis di AS, Pikka Alaska Masuk Radar Investasi

2 Min Read

Dalam rangkaian diplomasi ekonomi ke Amerika Serikat, Pertamina bersiap memperluas jejak investasinya di sektor energi global. Fokus utama tertuju pada proyek-proyek hulu migas di AS, termasuk salah satu ladang besar di Alaska yang dikenal sebagai proyek Pikka.

Proyek Pikka, yang kini dioperasikan oleh Santos dan Repsol, sempat menarik perhatian PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada pertengahan 2024 untuk mengakuisisi saham minoritas. Kini, proyek tersebut kembali menjadi sorotan seiring rencana perluasan investasi Pertamina di wilayah Amerika Utara.

Juru Bicara Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengonfirmasi bahwa pihaknya masih menunggu arahan resmi dari pemerintah namun sudah siap melakukan investasi. “Kami terbuka terhadap kolaborasi dengan perusahaan energi AS, khususnya di sektor hulu migas yang dinilai prospektif,” ungkapnya.

Plt. Dirjen Migas, Tri Winarno, juga menyebutkan bahwa sektor hulu masih menjadi fokus utama, meski proses negosiasi masih berlangsung. “Arah investasi memang ke hulu, tapi belum final. Masih tahap penjajakan,” ujarnya.

Selain migas, sektor teknologi juga menjadi perhatian. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menyampaikan bahwa beberapa perusahaan Indonesia akan menanamkan modal di bidang research and development kecerdasan buatan (AI) di AS, dengan target alih teknologi ke tanah air.

Pemerintah juga melibatkan Danantara sebagai kendaraan investasi strategis BUMN di luar negeri. “Dengan dukungan Danantara, BUMN kita akan punya fleksibilitas untuk berinvestasi secara global,” kata Todotua.

Menurut Pri Agung Rakhmanto, pendiri ReforMiner Institute, langkah ekspansi ini penting untuk mendukung ketahanan energi nasional. Ia menilai Pertamina memiliki peluang besar mengakuisisi proyek-proyek migas yang sudah memasuki tahap produksi, terutama di sektor shale oil dan shale gas AS yang didominasi oleh perusahaan independen skala menengah.

“Kalau Pertamina cermat, ini bukan hanya soal bisnis, tapi soal memperkuat posisi Indonesia di panggung energi global,” tegas Pri Agung.

Share This Article