Pesan Blak-blakan Jay Powell: The Fed Tak Akan Jadi Penolong Pasar

4 Min Read

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyampaikan pesan tegas kepada pasar minggu ini: jangan berharap bantuan dari The Fed dalam waktu dekat. Dalam sebuah acara yang digelar oleh Economic Club of Chicago, Powell menyatakan bahwa investor tidak seharusnya menantikan perubahan suku bunga atau campur tangan dalam pasar obligasi dalam waktu dekat, meskipun situasi sempat bergejolak akibat tarif yang diberlakukan oleh Presiden Trump.

Pernyataan paling mencolok muncul saat profesor Raghuram Rajan dari University of Chicago Booth School of Business bertanya apakah ada semacam “perlindungan” dari The Fed terhadap pasar saham. Jawaban Powell sangat jelas: “Saya akan katakan tidak.”

Ia mengakui bahwa pasar tengah menghadapi ketidakpastian yang tinggi, yang secara alami memicu volatilitas. Namun menurutnya, kondisi pasar masih berjalan sebagaimana mestinya dalam situasi seperti ini.

Pernyataan tersebut seolah menepis spekulasi bahwa bank sentral akan segera mengambil langkah untuk menenangkan gejolak di pasar obligasi. Minggu lalu, lonjakan tajam pada imbal hasil obligasi jangka panjang menimbulkan prediksi bahwa The Fed mungkin akan perlu menyuntikkan likuiditas ke pasar.

Namun, Powell menilai pasar tetap berjalan secara “teratur” dan menyebut gejolak yang terjadi sebagai reaksi normal terhadap peristiwa yang sangat jarang terjadi dalam sejarah. Apalagi, kondisi pasar obligasi juga mulai stabil kembali minggu ini, mengurangi kebutuhan akan tindakan cepat.

Selain itu, Powell juga mengecewakan sebagian investor—dan Presiden AS—yang berharap adanya sinyal penurunan suku bunga sebagai langkah pencegahan terhadap potensi perlambatan ekonomi atau dampak inflasi dari kebijakan tarif baru.

Ia menegaskan bahwa The Fed akan menunggu hingga situasi menjadi lebih jelas sebelum mempertimbangkan penyesuaian suku bunga. Powell memperkirakan tarif dari Trump akan mendorong inflasi naik dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Ia juga mengisyaratkan bahwa The Fed akan dihadapkan pada keputusan sulit, karena kondisi ekonomi kemungkinan besar akan menjauh dari dua tujuan utama bank sentral: stabilitas harga dan lapangan kerja penuh, setidaknya untuk sisa tahun ini.

Menariknya, Powell tampak lebih cenderung memprioritaskan pengendalian inflasi. Ia menekankan bahwa tanpa kestabilan harga, sulit bagi The Fed untuk mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat dalam jangka panjang. Namun, ia belum dapat memastikan apakah dampak inflasi dari tarif ini akan bersifat sementara atau berkepanjangan.

“Tarif hampir pasti akan menyebabkan kenaikan inflasi, setidaknya untuk sementara,” ujarnya, “tapi bisa saja efeknya bertahan lebih lama.”

Powell juga menegaskan bahwa tugas utama The Fed adalah menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap stabil, dan memastikan agar lonjakan harga akibat tarif tidak berubah menjadi masalah inflasi yang terus-menerus.

Pernyataan ini tampaknya membuat Presiden Trump geram. Sepanjang hari Kamis, ia menyerang Powell lewat media sosial dan saat konferensi pers di Gedung Putih. Di platform Truth Social, Trump menulis, “Pemecatan Powell tidak bisa datang lebih cepat lagi!” Ia menuduh Powell “selalu TERLAMBAT DAN SALAH” dan mendesaknya untuk memangkas suku bunga seperti yang dilakukan bank sentral negara lain.

Di Gedung Putih pada hari yang sama, Trump kembali menyuarakan ketidakpuasannya, menyatakan bahwa Powell akan keluar dari jabatannya “jika saya memintanya.”

Menurut laporan The Wall Street Journal, Trump telah lama mempertimbangkan untuk memecat Powell, meskipun belum mengambil keputusan akhir mengenai hal itu sebelum masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026.

Namun Powell tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Ia kembali menegaskan independensi The Fed dan dirinya sebagai pimpinan lembaga tersebut. “Ini adalah persoalan hukum,” ujarnya, sambil berjanji tidak akan tunduk pada tekanan politik dalam mengambil kebijakan.

Share This Article