Negara-negara anggota Uni Eropa dilaporkan tengah menyusun langkah terpadu untuk merespons kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam beberapa hari ke depan, blok tersebut berencana membentuk front persatuan guna menghadapi tekanan perdagangan yang meningkat.
Mengutip laporan Reuters, Uni Eropa mempertimbangkan serangkaian tindakan balasan terhadap produk asal Amerika Serikat dengan nilai mencapai US$28 miliar. Langkah ini akan menjadikan Uni Eropa satu barisan dengan China dan Kanada, yang lebih dulu mengambil sikap serupa. Sejumlah kalangan memperingatkan bahwa eskalasi ini dapat memicu perang dagang global, meningkatkan harga barang bagi miliaran konsumen, dan mendorong perlambatan ekonomi secara luas.
Blok yang terdiri dari 27 negara tersebut menghadapi gelombang tarif baru dari AS: 25% untuk baja dan aluminium, serta tarif tambahan 20% untuk hampir seluruh produk buatan Uni Eropa yang mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025. Tarif ini mencakup sekitar 70% dari total ekspor Uni Eropa ke Amerika Serikat, dengan nilai mencapai €532 miliar (US$585 miliar) pada tahun lalu. Selain itu, barang-barang seperti tembaga, obat-obatan, semikonduktor, dan kayu juga terancam masuk dalam daftar tarif berikutnya.
Komisi Eropa, sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kebijakan perdagangan Uni Eropa, tengah menyusun daftar produk asal AS yang akan dikenai tarif sebagai tanggapan atas langkah Washington. Daftar tersebut tidak bersifat menyeluruh, melainkan terfokus pada sejumlah barang tertentu sebagai bentuk tekanan terukur.
Beberapa produk yang dipertimbangkan dalam daftar balasan antara lain daging, sereal, anggur, kayu, pakaian, serta barang konsumsi seperti permen karet, benang gigi (dental floss), penyedot debu, dan tisu toilet.
Salah satu produk yang menjadi perhatian khusus adalah minuman Bourbon, yang telah ditetapkan akan dikenai tarif 50%. Kebijakan ini memicu respons keras dari Presiden Trump, yang mengancam akan menerapkan tarif hingga 200% terhadap produk minuman beralkohol dari Uni Eropa jika langkah tersebut tetap dijalankan.
Sementara itu, para eksportir anggur dari Prancis dan Italia telah menyuarakan kekhawatiran mereka atas potensi dampak ekonomi. Mengingat ketergantungan Uni Eropa pada perdagangan bebas, blok tersebut ingin memastikan bahwa langkah balasan tetap mendapat dukungan menyeluruh dari seluruh negara anggota demi menjaga tekanan terhadap AS tetap konsisten, sekaligus membuka ruang negosiasi.
Pertemuan tingkat tinggi antar menteri perdagangan negara-negara Uni Eropa dijadwalkan berlangsung di Luksemburg dalam waktu dekat. Forum ini akan menjadi pertemuan pertama sejak pengumuman tarif baru oleh AS, dan akan digunakan untuk menyelaraskan strategi dan menyusun respons bersama.
Seorang diplomat Uni Eropa mengungkapkan bahwa pertemuan ini bertujuan menghasilkan pesan solidaritas yang kuat dan kesediaan untuk melakukan dialog dengan AS, namun juga menegaskan kesiapan untuk bertindak apabila negosiasi tidak membuahkan hasil.
“Ketakutan terbesar kami pasca-Brexit adalah fragmentasi dan kesepakatan bilateral yang bisa memecah persatuan. Namun setelah bertahun-tahun negosiasi, hal itu tidak terjadi. Dalam kasus ini memang berbeda, tapi semua pihak dapat melihat pentingnya memiliki arah kebijakan dagang yang seragam,” ungkap diplomat tersebut kepada Reuters, Senin (7/4/2025).